Jumat, 05 Juli 2013

Mungkin Bila Nanti..... ( Cerpen )


Mungkin aku masih menyayangimu…entahlah aku tak pernah bisa benar-benar tahu.... Setengahnya aku ingin bisa terus menunggu datangnya waktu kembali bersamamu, setengahnya lagi jiwa ini meragukan kemampuanku untuk itu....

Berlalunya waktu telah nyata tak sedikitpun membuatku lupakan sosokmu... Jika kini aku menjauhimu itu bukan karna ingin melupakanmu... Aku menjauhimu… karna ku ingin lindungi perasaan cintaku dari efek keacuhanmu...

Aku tak pernah membencimu atau setidaknya belajar untuk itu. Aku tak pernah meragukanmu meski banyak pertanyaan menyeruak di otakku... Dalam kisah hidupku pun tak terbersit untuk menghapuskan keberadaanmu, sekalipun itu hanya memori masa lalu.

ketika aku termenung di depan laptop ini, tanganku seolah ingin membuka facebook yang telah lama sekali tak kusentuh sama sekali. Yah, tiba - tiba rasa bersalahku menyeruak ke dalam dadaku, ke dalam pembuluh dadaku.Aku tahu, aku telah berbuat dhazlim kepadamu. Yah karena ke egoisanku sendiri. Karena rasa takutku kehilangan para pelindungku. Kehilangan satu orang yang masih setia menemani hari - hariku. Hingga detik ini.
Rasanya sakit, ketika kehilangan orang - orang di dekat ku satu persatu. Meski aku pantas untuk di tinggalkan. Dan sayangnya aku terlalu egois untuk mengakui kekalahan. Bagiku lebih dulu meninggalkan dan membenci daripada di tinggalkan dan di benci....
Lama sudah aku tak menulis tentangmu... Sekedar mengenang masa lalu, menguatkan lagi keputusan hatiku.Entahlah, aku pikir takkan lagi merindukanmu hingga tiba-tiba aku tersentak dan merasa, bahwa kita berdua sudah cukup jauh terpisah untuk saling merasakan lagi yang indah...
aku tak pernah mengerti bahwa cinta yang hari ini bisa membuatku begitu bahagia, esok kan mampu memberikan rasa sebaliknya. Sebuah rasa yang penuh dengan luka. Menyayat hati dan menusuk jauh ke dalam jiwa. Apakah kita dapat sepakat bahwa cinta dan benci dalam satu tempat, orang bijak berkata : "tatkala kita bercengkrama dengan kebahagiaan di depan rumah, maka ditempat tidur kesedihan sudah menunggu "

Kau bisa dengan mudahnya berkata kepadaku untuk melupakan saja, kau bisa dengan mudahnya bertanya mengapa harus tetap pada rasa yang sama, tapi kau tak pernah bisa memberikan jawaban kepadaku mengapa tak bisa berjalan sesuai dengan apa yang kupinta...Kau tak bisa memastikan ketika aku bertanya seperti apa itu yang namanya takdir. Kau juga tak bisa sedikitpun menenangkan jiwaku saat aku bertanya seperti apa tanda jodoh dari sang Kuasa langit dan bumi. Semuanya akan memberikan arti tersembunyi, manusia hanya melakukan apa yang mampu dilakukan sampai takdirnya terungkap. Jangan……jangan pernah bertanya kenapa semua terjadi, karena tidak akan pernah ada jawabnya...
Perjalanan terjauh adalah perjalanan ke dalam jiwa, ketika penafsiran tidak dapat diberhentikan dan kesadaran akan kesalahan tidak ada, apa yang bisa aku lakukan. Kebersamaan hanya dipandang sebagai suatu kekhilafan, maka kesadaran palsu akan sebuah arti cinta akan terpasung sampai pada akhirnya perpisahan tidak terelakan.

Aku tiba pada persimpangan kiri jalan tatkala ku belum dapat temukan petunjuk apakah aku akan terus melaju atau berhenti. Ada semacam kehendak bebas yang tidak bebas dalam diriku. Aku masih dalam ruang kecemasanku untuk tidak mampu brtanggung jawab akan resiko tertinggi dengan kehendakku.
aku sedang berjalan tanpa tujuan diujung gelisah dengan sahdu lakunya. Apakah aku akan terjebak dalam lingkaran sesat nan gelap akibat kesalahpahaman mengartikan pesan kehidupan. Suatu saat emosi akan memuncak, namun aku yakin ditengahnya gelap masih ada mercusuar yang menunjukan terang jika cinta itu ada maka mercusuar itu akan tetap menyala.
.

aku ingin bertanya, apa yang sedang terjadi padaku? Hingga aku masih begitu terjatuh lagi dengan arus hidup yang jujur namun penuh misteri ini. Aku sadar ini waktu terlama ku untuk bisa pulih kembali.
Mengapa harus ada luka lagi sedangkan luka yang lama belum juga sembuh. Bekas sayatan demi sayatan itu masih membekas jelas tatkala dia menghampiriku, entah iblis mana dalam diri ku yang mengatakan dia menjadi yang terakhir dalam penantianku...
Mungkin supaya terjadi keseimbangan informasi karenanya aku mendengarkan iblis yang selama ini dimarginalkan, dicaci dan dimaki serta disingkirkan. Bolehlah sesekali aku mendengarkannya.
Aku melewati pagi demi pagi hanya untuk merindukannya dan aku tidak peduli dengan apa yang ada. Kekuatan sekaligus kelemahanku bercampur aduk tanpa sekat lagi antara keduanya. Apakah ini yang dikatakan dengan makna dari kehilangan. Ingatlah siapa yang memberikan luka terbaik karena itu merupakan tanda yang tidak pernah bisa hilang.


Aku bertanya pada siapa tidak ada yang menjawab, sebab semua peristiwa hanya tersimpan di rongga dada. Aku mencari jawaban di langit, aku mencoba menyusuri pantai dan aku merasa ada suara yang menghentikan petualangan.
Apa bedanya hanya diam membisu dengan memburu bayang – bayang, sama kosongnya. Apa bedanya mata terpejam pikiran jauh mengembara menembus batas langit. Di bumi yang berputar masih ada gejolak, ikuti saja iramanya. Cinta yang kuberi sepenuh hatiku, cinta yang kuterima aku tak peduli. Apa bedanya pada saat kita bertemu dengan saat kita berpisah sama – sama nikmat, tinggal bagaimana kita menghayati. Di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan dada yang berduka, duka yang tersayat.

Kita sama tahu bahwa setia tidak semudah kata untuk mewujudkannya, namun tetap dia bagi yang terindah.
Engkau pun tahu bahwa kunang – kunang yang berterbangan di langit malam bagaimanapun indahnya tidak mampu menerangi gelapnya malam.
Apakah cinta dan tawa mulia yang menguncup dalam kalbu kita? Ia adalah kemenangan dari jiwa kita yang terjaga. Aku yakin engkau memiliki tawa dan cinta itu.

Malam ini…di waktu ketika aku tuliskan ini: “aku merindukanmu tuk kesekian kali…

dan aku menyadari, bahwa engkau mencintaiku karena rasa cintamu kepada Nya dan aku telah menyakitimu
Duh...aku telah mendhzalimi dirimu. Hanya karena emosi sesaatku...

maafkan aku yang telah menyayatkan seribu luka lagi di hatimu. Aku tahu kau selalu mengawasiku dari kejauhan. Kau berharap aku bermetamorfosis menajdi kupu - kupu yang indah. Bukan sekedar kepompong yang bersembunyi di balik ketiak para pelindungnya.

nb. untuk "someone", kenapa selalu mampu menyeretku ke dalam ini lagi dan selalu kalah olehmu?
hmm...aku telah menepati janjiku kan?
untuk orang yang sesuangguhnya aku cintai, yang telah ku sakiti..
sst..jangan berisik ya...!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar